Nasib Si BumiBumi ini menangis lagi, Luka dulu masih merah, Luka dulu masih bernanah, Koyakan dulu belum bersatu. Siapa punya angkara... Adakah syaitan bertopengkan manusia?! Hanyir, busuk, berulat sana dan sini bagaikan pakaian sehari-hari. Bumi ini sudah lali, sudah cemuh. Perut isinya sudah penuh disumbat mayat-mayat tak berdosa, masih mentah erti dunia, hancur lebur tanpa berita angkara bijak akal durjana... Bumi ini perit, hatinya bergelojak lahar kemarahan, mahu dihambur atas segala kejahatan, tapi apakan daya kudratnya tak ke mana mulutnya ternganga kebisuan anggotanya kaku kekejangan... Namun, hati janjinya tetap mengatakan, kedurjanaan ini akan kutelan, biar sejarah yang menyaksikan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
|
0 comments:
Post a Comment